Minggu, 21 Juli 2013

Pembentukan Kelompok Yang Efektif



(lanjutan bab 2)


A. Penjelasan
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia selalu memiliki kecenderungan nyata dan berkontribusi terhadap pembentukan kelompok sosial. Baik kelompok besar maupun terbatas. Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak mungkin bila manusia ingin hidup sendiri saja tanpa gangguan dari siapa pun. Karena hal ini sangat mustahil.

Manusia tidak dapat hidup sendirian, meski hanya satu orang, namun manusia pasti tetap membutuhkan keberadaan orang lain tersebut. Itu sebabnya keterikatan yang nyata meski tak terlalu dimaknai dengan benar. Sekalipun manusia adalah orang yang ingin hidup sendirian, tanpa adanya intervensi maupun gangguan dari orang lain. Namun manusia tidak mungkin akan mampu hidup sendirian saja, itulah makna dan pengertian sebenarnya, hakikat dari kelompok sosial tersebut.

Dalam masyarakat terdapat bermacam - macam kelompok sosial (social gruop). Secara sederhana, kelompok sosial sering diartikan sebagai himpunan atau kesatuan kesatuan manusia yang hidup secara bersama - sama.

Hubungan tersebut bisa berkaitan dengan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi atau karena kesadaran untuk saling menolong. Pengertian ini menyisakan pertanyaan, apakah setiap himpunan manusia dapat diartikan sebagai kelompok sosial?

Pengerian kelompok sosial lainnya yang lebih spesifik adalah setiap kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya dan mereka saling berinteraksi. Dengan pengertian ini, sekumpulan orang yang sedang mengantre tiket saling berinteraksi seperti saling berkenalan atau bertengkar, kumpulan orang tersebut berubah menjadi kelompok sosial.

Nah itu cuma sebagian review dari asal mulanya kelompok sosial dan disini kita ngga membahas pembentukan kelompok sosial, kita langsung ke bagaimana sih kelompok yang efektif.

B. Kelompok Yang Efektif
Kelompok Efektif dalam sebuah kelompok yang efektif dapat kita saksikan adanya dua kategori perilaku anggota kelompok, yaitu : 
1. perilaku yang berorientasi pada tugas
2. perilaku yang berorientasi pada pemeliharaan hubungan anggota kelompok 

Perilaku yang berorientasi pada tugas, selalu berupaya mengingatkan dan mengajak anggota kelompok untuk mewujudkan pencapaian tujuan organisasi. Kenyataan ini dapat dilihat dari aktivitas anggota kelompok dalam melakukan kerja kelompok, antara lain : 
1. Mengambil inisiatif, antara lain mengajukan pendapat baru, merumuskan dan memberi pengertian baru terhadap masalah, sehingga menjadi lebih jelas, menunjukkan kelemahan masalah, mengusulkan pemecahan masalah. 
2. Mencari informasi, antara lain meminta penjelasan terhadap saran yang diajukan, meminta tambahan informasi atau fakta/data. 
3. Mengumpulkan pendapat, antara lain menanyakan ekspresi perasaan anggota, usul atau ide para anggotanya terhadap suatu masalah. 
4. Memberi informasi, antara lain menyajikan fakta dan memberikan kesimpulan dengan ilustrasi pengalamannya sehubungan dengan masalah yang dihadapi kelompok. 
5. Mencari pendapat, antara lain menanyakan pendapat atau keyakinan anggota tentang suatu saran, terutama yang terkait dnegan nilai-nilai, bukan fakta. 
6. Mengolah informasi, yaitu menjelaskan, memberi contoh, menafsirkan dan menggambarkan akibat yang bisa terjadi apabila saran dilaksanakan. 
7. Mengkoordinasikan, antara lain menyatukan berbagai pendapat atau saran, mengintegrasikan aktivitas anggota-anggota atau sub-subkelompok. 
8. Menyimpulkan, antara lain menyimpulkan pendapat atau saran yang saling berhubungan, dan mengulang saran tersebut setelah kelompok selesai mendiskusikannya. 

Perilaku yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok, selalu berupaya mengingatkan dan mengajak anggota kelompok untuk mempertahankan keutuhan kelompok. Kenyataan ini dapat dilihat dari aktivitas anggota kelompok dalam melaksanakan kerja kelompok, antara lain : 
1. Mendorong pemeliharaan hubungan, seperti mudah berteman, ramah, cepat tanggap, menghargai, menyetujui dan menerima pendapat orang lain. 
2. Mendorong keterlibatan anggota, dengan berusaha agar semua anggota terlibat dalam pembicaraan, misalnya menyatakan : Bapak/Ibu A belum kita dengar pendapatnya, atau meminta setiap anggota membatasi pembicaraannya, agar semua anggota mendapat kesempatan untuk mengemukakan pikirannya. 
3. Membuat norma kerja, yaitu mengusulkan adanya kesepakatan tentang norma kerja kelompok untuk kelancaran dan ketertiban pertemuan/diskusi, menilai dan mengambil keputusan serta untuk memperingatkan kelompok bila norma tersebut dilanggar. 
4. Mengikuti kesepakatan, yaitu menyatakan menerima pendapat si A, sependapat dengan keputusan kelompok, dan menjadi seorang pendengar yang baik selama proses diskusi berlangsung. 
5. Mengekspresikan pendapat kelompok, yaitu berusaha menyimpulkan perasaan kelompok dan menguraikan reaksi kelompok terhadap suatu pendapat atau keputusan.

C. Implikasi Manajerial
Jadi untuk membuat kelompok yang efektif, harus berawal dari kesadaran diri sendiri, kita harus tahu posisi kita sebagai salah satu bagian dari kelompok yang dijalani, jangan lah takur akan menyatakan pendapat dalam suatu kelompok karena dalam suatu kelompok menghargai pendapat dalah hal yang harus dijunjung tinggi, dan dimulai untuk diri sendiri dan akhirnya sesama anggota juga melakukan hal yang sama dengan kita. Maka akan terbentuklah kelompok yang sangat efektif.

Okee sekian dari pembahasan tentang kelompok yang efektif, semoga berguna yang dalam aktivitas kelompok temen temen :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar